Konsep budaya karaton ini maksudnya pengertian budaya menurut Karaton Surakarta Hadiningrat. Bukan pengertian budaya menurut orang lain, bukan pengertian budaya menurut pandangan di luar Karaton Surakarta. Hal ini perlu ditegaskan, sebab dapat membantu pemahaman kita mengenai pembahasan Radya Laksana sebagai inti Kebudayaan Karaton Surakarta.
Budaya Karaton atau juga dapat disebut kabudayan karaton. Kata budaya berarti “woh pangolahing budi” ‘hasil olah budi’. Makna tersebut mengandung dua pengertian yaitu (1) produk, tercermin dalam kata woh ‘buah’, dan (2) proses, tercermin dalam perkataan pangolahing budi olah budi’. Kata Karaton berasal dari kata Ratu ‘raja’, dan karaton itu bearti: pedalemaning ratu ‘kediaman raja’, dan ratu ‘raja’ menjadi “Pangembaning budaya Jawi”. Pangemban budaya Jawa yang didukung bersama-sama oleh Putra Sentana, Abdi Dalem,dan kawula tresna. Oleh karena itu, karaton juga sebagai tempat Manunggaling Ratu, Sentana, Abdi sarta kawula. ‘Bersatunya Raja, Sentana, Abdi serta Rakyat’. (KRMH. Yosodipura:1990;1).
Pernyataan budaya adalah woh pangolahing budi terdapat makna bahwa ngolah budi ‘mengolah budi’, itu merupakan karya manusia yang didasari lahir dan batin bersama-sama. Mengolah batin itu umpamanya : bertapa, bersemedi, dan sebangsanya yang pada pokoknya mendekat kepada Yang Maha Agung. Adapun mengolah lahir itu adalah tindak-tanduk berdasarkan keluhuran budi. Mengolah budi secara lahiriah dan batiniah inilah kemudian ada buahnya atau hasilnya, misalnya bangunan karaton, gamelan, gendhing, beksan, pusaka, tatacara, upacara dan sejenisnya, disebut Budaya.
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa budaya karaton sebagai suatu produk yang melalui proses penciptaan secara lahir dan batin yang disertai permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar dapat memancarkan perbawa dan wibawa. Perbawa yaitu daya kekuatan yang tidak tampak, sedangkan wibawa adalah kekuatan yang tampak (Suseno Priyo Suseno, 1992:1). Dengan demikian budaya merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan
Sehubungan dengan arti pentingnya budaya dalam kehidupan, termasuk karaton, maka ada satu ungkapan yang terkenal dari karaton. Ungkapan tersebut berbunyi : kuncara ruming bangsa dumunung aneng luhuring budaya ‘kemasyuran keharuman suatu bangsa terletak pada keluhuran budaya. Ungkapan tersebut merupakan Sabda Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana X, yang menunjukkan fungsi betapa pentingnya budaya Karaton dalam kehidupan, khususnya kehidupan di lingkungan Karaton Surakarta. Betapa arti pentingnya Budaya Karaton dalam lingkungan kehidupan karaton melahirkan suatu anggapan bahwa karaton sebagai Sumber Budaya dan bukan sebagai Pusat Budaya.
Karaton sebagai sumber budaya maksudnya karaton memiliki fungsi sebagai asal budaya. Dalam arti karaton sedagai sumber budaya Jawa. Hal ini perlu ditegaskan sebab ada istilah karaton sebagai pusat budaya. Disini ada dua pengertian yang berbeda. Karaton sebagai sumber budaya mengandung makna bahwa karaton sebagai tempat asal budaya, sedangkan karaton sebagai pusat budaya mengandung maksud bahwa karaton sebagai tempat berkumpulnya budaya. Sumber budaya juga mengandung makna tempat asal inspirasi, dan pusat budaya mengandung makna tempat koordinasi dari beberapa inspirasi.
Karaton Surakarta dengan segala isinya merupakan budaya peninggalan para Leluhur Hingkang Jumeneng Nata yang sampai sekarang masih dapat disaksikan. Pada umumnya masyarakat mengakui bahwa Karaton sebagai sumber kabudayan Jawi ‘sumber kebudayaan Jawa’. Cabang-cabang kebudayaan Jawa, khususnya di Surakarta, dapat dirunut kembali ke sumbernya yaitu Karaton Surakarta, sebagai contoh misalnya tatacara perkawinan Jawa.
Masarakat surarakarta pada umumnya ,mencontoh tatacara perkawinan yang dilaksanakan di karaton. Pada umumnya masyarakat masih percaya bahwa karaton sebagai sumber budaya Jawa. Disengaja atau tidak, masyarakat masih mencontoh tata cara perkawinan menurut adat Karaton meskipun tidak persisi sama. Hal yang demikian mengisyaratkan bahwa karaton sebagai sumber budaya Jawa menjadi panutan masyarakat yang ingin melestarikan kebudayaan Jawa.
Karaton adalah tempat tinggal raja (Ratu) dengan keluarganya atau merupakan pusat pemerintahan, ibu kota negara. Karaton sama dengan “’negara” (dalam bahasa Jawa nagari), yang memiliki pemerintahan sendiri (pamarentah), daerah tertentu (wewengkon), dan rakyat (kawula). Oleh karena itu, tempat tinggal atau bangunan atau rumah yang bukan kediaman raja bukanlah karaton. Karaton Surakarta Hadingingrat adalah peninggalan kenegaraan Indonesia asli dari kebudayaan Jawa, yang memiliki pemerintahan sendiri (otonom), daerah dan rakyat (kawula). Dengan kata lain, Karaton Surakarta adalah sebuah negara (Surjandjari Puspaningrat, 1996:36).
Karaton Surakarta sebagai suatu negara memiliki lambang yang disebut Radya Laksana. Dalam lambang tersebut mengandung makna yang dalam mengenai budaya karaton. Oleh karena itu, untuk mengetahui inti kebudayaan karaton dapat diketahui lewat Radya Laksana. Disamping karaton sebagai suatu negara, memiliki lambang atau simbol, karaton sendiri dapat dianggap sebagai lambang
Karaton Surakarta sebagai lambang dapat dijelaskan sebagai berikut.
- Lambang kemanunggalan tiga unsur yaitu Raja, Sentana Dalem, dan Abdi Dalem/siapapun yang mengkeblat karaton.
- Lambang anugerah/wahyu Tuhan.
- Lambang tempat kedudukan wahyu Tuhan (Surjandjari Puspaningrat 1996:37).
Karaton Surakarta sebagai suatu lambang termasuk juga bangunannya. Hal yang demikian tercermin dalam Sabda Dalem Ingkang Minulya Saha Wicaksana Suhandap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Paku Buwana X sebagai berikut:
“Karaton Surakarta Hadiningrat, haywa kongsi dinulu wujude wewangunan kewala, nanging sira padha nyumurupana sarta hanindakna maknane kang sinandi, dimen dadya tuntunan laku wajibing urip hing dunya tumekeng delahan”.
Janganlah Karaton Surakarta Hadingingrat hanya dilihat dari wujud/bentuk bangunannya saja, tetapi hendaknya diketahui, dimengerti serta dijalankan makna pesan-pesan yang tersirat dan tersurat, agar dapat menjadi tuntunan menjalankan kewajiban hidup di dunia dan akherat.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa bangunan karaton memiliki makna tersirat. Makna tersirat ini sama dengan lambang atau simbol. Oleh karena itu, dengan kata lain perkataan dapat dinyatakan bahwa karaton dapat dianggap sebagai lambang. Sebagai suatu lambang,karaton memiliki makna simbolis, dalam hal ini adalah bangunan karaton
Karaton Surakarta adalah asset wisata budaya, yang menjadi salah satu atraksi dan objek wisata budaya di Indonesia, khususnya Propinsi Jawa Tengah. Kekayaan budaya yang dikandungnya ibarat tambang emas yang belum secara optimal dimanfaatkan. Oleh sebab iu, agar supaya masyarakat pengunjung dan calon pengunjung baik nusantara maupun mancanegara secara lebih awal memiliki dan dapat dibangun persepsi serta imaginasinya tentang budaya karaton; mereka perlu mendapatkan penjelasan/deskripsi singkat yang mendalam tentang Sri Radya Laksana. Pemahaman tentang kebudayaan Karaton Surakarta harus berawal dari sini.
Suguhan atraksi ini merupakan satu kunci pintu gerbang yang bisa membuka wawasan, memotivasi, serta mengajak pengunjung menyaksikan, merasakan dan menghayati isi kebudayaan berupa atraksi dan objek wisata budaya karaton yang disajikan. Dampak yang dapat diharapkan dari usaha ini adalah membangun persepsi dan imaginasi pengunjung dan sekembalinya dari karaton membawa kenangan yang bisa diceritakan, ditularkan kepada sanak saudara, teman dan kolega di tempat asalnya.